Jumat, 27 Juni 2008

TUGAS RESUME METLIT Pertemuan Ke-3

Nama : Deden Rahman Budiman
NIM : 106011000079
Tugas Resume Pertemuan Ke-3

“PENELITIAN KUANTITATIF”
(Quantitative Research)
Penelitian Kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematisteori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji sutu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendiskripsikan statistic, untuk menunjukan hubungan antara variable dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendiskripsikan banyak hal. Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskipsikan statistik, untuk menemukan hubungan antar variabel dan ada pula bersifat mengembangankan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendiskipsikan banyak hal.
Penelitian kuantitatif memilki cirri khas berhubungan dengan data numeric dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang diamati memilki realitas obyektif yang bias di ukur. Variable-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variable dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangnya untuk mempelajari subyek yang ia teliti. Penelitian kuantitatif memilki tujuan menjeralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif ini dikembangkan oleh penganut positivism yang dipelopori oleh Aguste Comte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu social, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam reset-reset ilmu social.
Langkah langah penelitian kuantitatif :
Masalah penelitian
Masalah itu akan bisa diidentifikasikan jika:
- Ada kesenjangan antara citra dengan realita.
- Ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan.
- Ada kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan.
- Ada tantangan, keingin tahuan,tentang sesuatu yang belum ada.
Bentuk bentuk masalah penelitian. :
1. Deskiptifd : adalah masalah untuk meneliti dengan variabel tunggal,yang saling tidak berhubungan .contoh :berapa tingikah pengaguran di indonesia
2. Komprarif : rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tenteng satu variabel kelompok sampel. Contoh : berapa tinggikah pengangguran di indonesia dengan malaysia.
3. Assosiatif : masalah penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel, baik simetris maupun kausal maupun reptorika .
· Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
a. Identifikasi masalah
b. Pemilihan masalah
c. Sumber maslah
d. Perumusan maslah
e. Perumusan tujuan dan manfaat penelitian
f. Telaah pustaka
g. Pembentukan kerangka teori
h. Perumusan hipotesis
i. Definisi operasional variable penelitian
“Variabel penelitian dan Skala penelitian”
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin memiliki nilai yang bermacam macam. Dalam hubungan antar variabel , variabel dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
Variabel independent adalah variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Dependent variabel adalah variabel terikat akibat yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan variabel bebas, x. variabel terikat tidak dimanipulasi. Contoh : kelas sosial, metode pengajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi, sikap terhadap sekolah,serta suasana kelas.
Variabel moderator adalah variabel yang tidak sedang diuji interkrelasinya dengan bariabel lain, tetapi diyakini bahwa x tidak bisa dihitung korelasinya dengan y tanpa menghitung variabel moderatornya.
Variabel inerventing adalah variabel penggangu hubungan x dan y, dan harus dijelaskan, walaupun variabel tersebut berkarakter tidak bisa diukur.
“Instrument “
Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang sudah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri.
Langkah-Langkah :
1. Merumuskan konstruk dari variabel tersebut.
2. Mengembangkan dimensi dan indikator.
3. Membuat kisi-kisi instrumen yang memuat dimensi, indikator, nomor butir.
4. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum.
5. Menulis butir-butir instrumen.
6. Proses validasi melalui pemeriksaan pakar.
7. Revisi berdasarkan saran pakar.
8. Ujicoba Instrumen
9. Pengujian validitas
10. Butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang.
11. Menghitung reliabilitas
Macam-macam Instrument:
Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran quesioner untuk diisi langsung oleh responden
Rating scale adalah intrument yang dapat diberikan pada obsernya untuk menyampaiakan pengalamannya yang sedang dialami atau disaksikan .contoh : keseriusan kepala sekolah dalm menyerap aspirasi guru dalam perencanaan sekolah.
Skala sikap adalah berwujud kumpulan pernyataan yang ditulis, disusun dan dianalisis. Sikap yang diukur dalam pendidikan
Menentukan populasi dan sampel dan teknik pengambilan sampel
Populasi adalah keseluruhan atu himpunan objek dengan ciri yang sama. Sampel adalah himpuan bagian atau sebagain dari populasi.
Cara sampling adalah cara mengumpulan data dari populasi dengan mengambil sebagian dari populasi .
- Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
- Simple random sampling karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata.
- Pro portionate stratified random sampling, teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan strata secara proposional.
Penelitian eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji berbentuk hubungan sebab akibat melalui pemanipulasian variable independent dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian dari variable tersebut..contoh seorang guru agama islam ingin memotivasikan belajar membaca al- qur’an pada muridnya. Lalu ia melakukan penelitian eksperimen.. satu kelas diajarkan dengan metode qiroot dan kelas lain diajarkan dengan iqra. Manakah metode yang baik untuk meningkatkan kemapuan membaca alquran.
Step penelitian eksperimen :
Ø Merumuskan masalah penelitian.
Ø Melakukun telaah pustaka.
Ø Merumuskan hipotesis dan mendefinikan variable penelitian.
Ø Membuat rancangan eksperimen.
Ø Menentukan sample yang representative.
Ø Intrumentasi.
Ø Melakukan ekperimen.
Ø Mengumpulkan dan menganalisis data.
Ø Menerapkan uji statistic yang tepat
Ø Buat interprestasi berdasarkan uji stattistik yang dilakukan dan tulis laporan




“PENELITIAN KUALITATIF”
Penelitian kualitatif menurut beberapa tokoh :
v Krik dan Miller member definisi bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social, yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
v Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang kuantitatif, melibatkan pengukuran tingkat suatu cirri tertentu.
v Metodologi kualitatif menurut Lexy J.Moleong, antara lain mendasarkan pada :
- Pondasi penelitian
- Paradigma penelitian
- Perumusan masalah
- Tahap-tahap penelitian
- Teknik penelitian
- Criteria dan teknik pemeriksaan data
- Analisis dan penafsiran data.
Prosedur penelitian kualitatif
Bila kita membaca literature maka akan kita jumpai beragam langkah langkah penelitian kualitatif yang ditulis berdasarkan pengamatan yang berbeda.
Langkah kangkah penelitian kualitatif :
Merumuskan pertanyaan penelitian
Aspek aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan masalh:
jangan terlalu luas
jangan terlalu sempit
mengandung batasan yang jelas
tidak mengandung unsure subjektif,emosi dan prasangka
Aspek aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola masalah:
analisis
pembatasan/ focus
posisi masalah dianatra masalah sebelumnya
signifikasi, guna focus : focus dapat membatasi studi, memenuhi criteria inklusiesklsi penetapan focus bersifat tentative.

Teknik pengumpulan data :
- Observasi :diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Wawancara :percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara yang dilakukan kualitaitaf bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topic yang di teliti.
- Diskusi
- Kelompok terfokus
- Analisa terhadp karya
- Analisis dokumen
- Analisis catatan pribadi
“Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”
Ada pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk ditanggapi di sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic beliefs (or metaphisies) that deals with ultimetes or principles. Keyakinan itu, menurut Guba, merepresentasikan pandangan dunia tentang hakikat sesuatu, serta merupakan dasar di dalam nurani dimana ia diterima dengan penuh kepercayaan. Sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa didahului penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut dengan aksioma atau asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar tersebut menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian, ia merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan penelitian.
Berkait dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
1. Paradigma kuantitatif:
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason) Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.
Bagaimana pandangan penganut kuantitatif tentang fakta? Dalam penelitian kuantitatif diyakini sejumlah asumsi sebagai dasar otologisnya dalam melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi dimaksud adalah; (1) obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya; (2) suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu; dan (3) suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jadi diyakini adanya determinisme atau proses sebab-akibat (causalitas) Dalam kaitannya dengan poin terakhir, lebih jauh Russel Keat & John Urry, seperti dikutip oleh Tomagola, mengemukakan bahwa setiap individual event/case tidak mempunyai eksistensi sendiri yang lepas terpisah dari kendali empirical regularities. Tiap individual event/case hanyalah manifestasi atau contoh dari adanya suatu empirical regularities
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico, hypothetico, verifikatif.
Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa dalam setiap event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen tertentu yang berbeda-beda dan dapat berubah. Elemen-elemen dimaksud disebut dengan variabel. Variabel dari setiap even/case, baik yang melekat padanya maupun yang mempengaruhi/dipengaruhinya, cukup banyak, karena itu tidak mungkin menangkap seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas dasar itu, dalam penelitian kuantitatif ditekankan agar obyek penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja yang dinilai paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif cenderung pada pendekatan partikularistis.
Lebih khusus mengenai metode analisis dan prinsip pengambilan kesimpulan, Julia Brannen, ketika menjelaskan paradigma kuantitatif dan kualitatif, mengungkap paradigma penelitian kuantitaif dari dua aspek penting, yaitu: bahwa penelitian kuantitatif menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat generalisasi (generalization) Penekanan analisis data dari pendekatan enumerative induction adalah perhitungan secara kuantitatif, mulai dari frekuensi sampai analisa statistik. Selanjutnya pada dasarnya generalisasi adalah pemberlakuan hasil temuan dari sampel terhadap semua populasi, tetapi karena dalam paradigma kuantitatif terdapat asumsi mengenai adanya “keserupaan” antara obyek-obyek tertentu, maka generalisasi juga dapat didefinisikan sebagai universalisasi.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit
Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemuan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.
Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang deterministik dan bebas konteks
Dalam Interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai obyek studi. Di sini ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya.
Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu--dirumuskan suatu pernyataan teoritis.
“Perbedaan Paradigma Penelitian Kalitatif dan Kuantitatif”
Istilah paradigma dikemukakan oleh Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution. Dalam buku ini Kuhn menentang asumsi yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan terjadi kumulatif. Menurut dia, perkembangan ilmu terjadi secara revolusi, karena sangat tergantung pada pardigma ilmu yang populer saat itu.
Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai perbedaan paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif. Secara garis besar, perbedaan dimaksud mencakup beberapa hal:
KUANTITATIF
1. Positivistik
2. Deduktif-Hipotetis
3. Partikularistik
4. Obyektif
5. Berorientasi kpd hasil
6. Menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam
KUALITATIF
1. Fenomenologik
2. Induktif
3. Holistik
4. Subyektif
5. Berorientasi kpd proses
6. Menggunakan pandangan ilmu sosial/antropological

Lebih lanjut perbedaan paradigma kedua jenis penelitian ini dapat dielaborasi sebagai berikut:
Paradigma Kuantitatif
Paradigma Kualitatif
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.

5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.

6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).


8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.

9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala (fenomenologis).




3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).



4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada variabel tertentu).

Tidak ada komentar: